Bertemu Humas PTKN, Sekjen Kemenag Bicara Tantangan 2018

By Admin

nusakini.com--Sekjen Kementerian Agama Nur Syam mengatakan, tahun 2018 adalah tahun politik, maka suhu politik makin meningkat, pembicaraan politik akan meningkat dan akan merembet ke Kementerian Agama, sehingga setidaknya ada tiga isu yang harus dicermati di tahun 2018. 

Pertama, isu terkait relasi politik agama. Menurutnya, meski isu ini sudah selesai, dalam konsepsi para ahli tentang hubungan simbiosis antar agama dan negara, negara membutuhkan agama sebagai basis moralitasnya dan agama membutuhkan negara dalam menjaga peran agamanya, dan tahun 2018 eskalasinya meningkat. 

“Selalu ada hal yang perlu kita cermati, dan apalagi posisi kita sebagai humas, yang harus kita cermati relasi-relasi ini. Tensi relasi agama negara saat ini meningkat,” ujar Sekjen saat bertemu para pengelola informasi atau humas Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) di Jakarta, Selasa (31/10). 

“Kita punya tugas mencermati informasi yang datang dari manapun terkait relasi agama dan politik, ini pasti akan meningkat,” tuturnya. 

Kedua, isu-isu sara. Menurutnya, ini juga pasti akan meningkat. Sejauh ini, ujar Sekjen, relasi kedaerahan, antar suku akan meningkat, sudah di mulai saat ini. Di Malaysia ada istilah dark web, yang isinya terkait dengan ujaran kebencian, di Indonesia juga ada. 

“Oleh karenanya, humas PTKN memiliki tugas dalam rangka mencermati setiap perkembangan informasi baik media konvensional, media sosial, itu harus kita cermati,” katanya. 

Dikatakannya, orang humas itu telinganya harus lebar, kita harus mendengarkan setiap suara selirih apapun, itu harus kita dengarkan. Dengan suara selirih apapun, kita bisa menduga sesuai yang harus kita cermati dan pahami. 

“Saudara yang ditunjuk sebagai humas, orang yang punya spirit mendengarkan lebih dari orang lain. Harus memiliki indra pendengaran yang lebih dahsyat,” ucapnya. 

“Serumit apapun informasi, kita harus tahu dan kita bisa menyampaikan perkembangan terkini dunia di sekeliling kita. Tahun depan akan terjadi eskalasi meningkat isu terkait SARA,” sambungnya. 

Ketiga, isu lain yang tidak kalah menarik adalah rivalitas sosial, konflik sosial. Dijelaskannya, ada gradasinya, dimulai membedakan satu golongan dengan lain yang lalu diblow up di media sosial, setelah perbedaan meningkat dengan adanya pertentangan dan dipertarungkan dan lalu terjadinya konflik sosial. 

“Dan Kemenag adalah kementerian yang bisa jadi mediator, adalah lembaga yang bisa menghubungkan dua atau lebih kepentingan. Jadi Kemenag itu bisa menghubungkan kepentingan pemerintah dan masyarakat dan sebaliknya, itu peran strategis yang bisa dimainkan, tidak semua kementerian dan lembaga bisa seperti itu,” ucapnya. 

“Kita punya kyai, tokoh agama dan simpul tokoh agama yang bisa menghegemoni, hegemoni secara kultural, tokoh agama ini adalah orang yang sesungguhnya bisa berafiliasi dengan Kemenag, dan menjadi mitra strategis kita. Ini peran yang sangat strategis, dan dapat dimainkan optimal oleh kita,” ujarnya. 

Dikatakannya, tahun 2018 adalah tahun di mana kita (Kemenag) harus banyak menggalang tatap muka dan komunikasi dengan para tokoh agama, tidak hanya tokoh agama yang moderat juga yang lainnya. 

Menurutnya, selain kita menyebarluaskan infomasi Kemenag dalam banyak hal, yang juga tidak kalah menarik, kita harus mencari solusi dengan naiknya isu politik keagamaan, isu sosial. 

“Kita akan berjibaku menghadapi persoalan yang luar biasa. Selanjutnya, selain jadi mediator, kita harus memperkuat program, dan membina kapasitas diri,” ujarnya.(p/ab)